Sejauh ini Filipina dengan MPL PH-nya merupakan region Mobile Legends terkuat dengan koleksi tiga gelar juara dunia. Talenta berbakat pun tak pernah berhenti mereka hasilkan, seperti salah satu pemain tersukses sepanjang sejarah, KarlTzy.
Indonesia menjadi pesaing terkuat dan selalu menjadi musuh bebuyutan Filipina di ajang kompetisi internasional. Namun kita harus mengakui, MPL PH masih lebih sukses dalam urusan prestasi.
Jika dilihat dari garis waktu perkembangan, Indonesia dan Filipina memulai jagat profesional Mobile Legends pada waktu yang nyaris sama, yaitu di tahun 2018.
Ada satu fakta menarik soal perbedaan Indonesia dan Filipina di dunia profesional Mobile Legends, yaitu usia Head Coach.
Jika dilihat dengan seksama, rata-rata usia Head Coach di Filipina melibihi 30 tahun, namun hal yang sama tidak terjadi di Indonesia.
Kami pun mencoba berbincang tentang fenomena ini dengan pelatih dari tim juara MPLI 2023, RSG PH Theo.
Menurutnya, posisi Head Coach lebih baik diisi oleh mereka yang sudah matang secara usia, tujuannya agar manajemen tim bisa berjalan dengan baik.
“Di sini (MPL PH), mereka yang mengisi posisi Head Coach umumnya berusia lebih dari 30 tahun. Mereka tahu bagaimana cara mengatur tim dan membuat pemain disiplin. Tak jarang para pemain dianggap sebagai anak mereka sendiri. Di Filipina, Head Coach memegang tanggung jawab atas pemain, sementara asisten coach lebih mengacu pada gameplay,” terang Coach Theo.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pemain dengan dua gelar juara dunia, ECHO KarlTzy. Ia menegaskan betapa diperlukannya sosok ayah dalam tim.
“Semua tim membutuhkan figur coach seperti ayah agar para pemainnya bisa disiplin,” ungkap KarlTzy.