Seiring kesuksesan PH dalam mendominasi trofi-trofi internasional Mobile Legends, negara tersebut pun dianggap memiliki SDM terkuat saat ini.
Sebagian besar region MPL termasuk Indonesia berlomba mencari pemain PH terbaik. Namun, tak semuanya bisa sukses. Proses yang harus dilakukan tak mudah.
Pemain PH harus beradaptasi akan kultur di Indonesia, bahasa, belum lagi gaya bermain para pemain Indonesia yang sangat berbeda.
Contoh paling nyata akan sukses dan gagal adalah Kairi dan Dlar yang bertolak belakang. Baloyskie dan Markyyyy butuh waktu untuk benar-benar bisa berdampak untuk timnya.
Musim ini semakin banyak sosok PH yang datang, bahkan tak hanya pemain. Pelatih pun bermunculan. Mulai dari Yawi, Emann, Lord JM, Brusko, Irrad, hingga Super Red berkompetisi di Indonesia.
Tak semua pemain PH ini langsung jadi bintang dan bisa diandalkan. Mungkin hanya dua nama yang benar-benar menonjol yakni Emann di Bigetron Alpha dan Yawi dari Aura.
Dikutip dari ONE Esports Baloyskie yang sudah berada di Indonesia setahun lebih, Baloyskie pun punya pendapat tersendiri soal ini.
Pasca kemenangan melawan EVOS Glory 2-1 beberapa waktu lalu, Baloy menjawab di konferensi pers soal cara pemain PH adaptasi di MPL ID. Menurutnya metode terbaik adalah belajar bahasa Indonesia.
“Kesulitan itu pasti terjadi. Karena para pemain PH yang datang komunikasi awalnya akan susah. Tapi cara pemain PH adaptasi di MPL ID bisa lihat Emann,” kata Baloy.
“Setahu saya dia adalah orang yang tanya-tanya bahasa Indonesia, juga Yawi. Dua pemain itu aktif bertanya akan bahasa Indonesia. Intinya memang harus komunikasi dulu yang dibenahi. Kalau bahasa lancar, yang lainnya akan lebih mudah,” pungkas dia.
Brusko Irrad sebenarnya terlihat sudah lumayan. Lord JM belum mendapat jam terbang sama sekali, sedangkan Super Red masih under perform bersama EVOS Glory.