Mentalitas adalah kunci.
Tak ada sponsor, seorang putri kecil yang membutuhkan perhatiannya, dua pekerjaan tetap, dan waktu berlatih yang terbatas. Walau demikian, hal-hal tersebut tidak menghalangi Joshua “Ghirlanda” Bianchi, seorang ayah berusia 31 tahun, untuk tampil maksimal di kompetisi Tekken World Tour 2022 Grand Finals (TWT).
Secara fantastis Ghirlanda berhasil mengatasi nama-nama besar di kompetisi tersebut dan berakhir sebagai salah satu semi-finalis. Meskipun tidak menjadi juara dalam kompetisi tersebut, Ia telah menjadi pemenang di hati penonton.
Kepada tim Ulti Asia, Ghirlanda membeberkan salah satu rahasianya saat mempersiapkan diri menghadapi TWT 2022 Grand Finals beberapa minggu lalu. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah mempelajari gameplay dari beberapa pemain besar, terutama mereka yang lolos di luar babak Last Chance Qualifier (LCQ).
“Saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk mempelajari permainan beberapa lawan yang lolos ke Grand Finals tanpa melalui LCQ. Dan hasilnya tak terlalu buruk. Kalau dipikir-pikir saya hanya kalah melawan juara LCQ dan Knee,” ucap Ghirlanda. “Adapun saya main Katarina sebagai karakter utama di kompetisi ini karena saat Tekken 7 pertama kali dirilis, beberapa karakter andalan saya tidak tersedia. Dan Katarina cocok bagi saya yang buruk dalam eksekusi.”
Dan meski mengatakan bahwa Tekken adalah ‘hobi’, pemain asal Italia itu menunjukkan mentalitas yang luar biasa untuk sampai ke TWT 2022 Grand Finals. Kegigihan dan latihannya membuahkan hasil saat Ia menjuarai babak final kompetisi East Europe Regionals tahun lalu.
Bermodalkan Katarina, Ghirlanda melanjutkan penampilan terbaiknya di Grand Finals dan tampil bagus melawan beberapa sosok favorit seperti Daichi “Nobi” Nakayama, sang jawara regional Pakistan Arslan “Arslan Ash” Siddique, dan sang juara bertahan turnamen EVO, Jae-min “Knee” Bae. Perjalanannya berakhir di posisi ke-empat ketika Ia gagal menaklukkan Sang-hyun “Jeondding” Jeon di Losers Round Semi Final.
Pada akhirnya Ghirlanda menjadi satu-satunya pemain ‘profesional’ yang melaju jauh di TWT 2022 Grand Finals tanpa bantuan sponsor ataupun tim esports. Dan dibalik pencapaian tersebut ada sebuah kisah inspiratif: Ia mengikuti kompetisi Tekken sembari menjalankan pekerjaan tetap dan membesarkan seorang anak perempuan.
Saya bermain Tekken secara kompetitif sejak tahun 2010.” ujar Bianchi. “Saya berlatih di Italia cukup lama sebelum pindah ke Bulgaria karena urusan pekerjaan, seminggu setelah memenangkan LCQ di tahun 2018. Tak terasa lima tahun berikutnya saya masih di Bulgaria dan menjadi seorang ayah.”
Dan berbicara mengenai rutinitas, Bianchi paham betul konsekuensi dari menjalani kehidupan ganda sebagai seorang tulang punggung keluarga dan pemain Tekken profesional, dengan latihan yang menyita waktu.
“Saya punya dua pekerjaan. Saya bekerja di kantor mulai pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore dan berikutnya pekerjaan dari rumah saat malam hari.” ungkapnya. “Saya biasanya bisa main setelah menidurkan bayi dan menyelesaikan pekerjaan pukul 11 malam. Saat itu saya akan streaming di Twitch hingga pukul 3/4 dini hari. Karena waktu tidur hanya tiga jam dengan jadwal tersebut, saya melakukannya hanya dua kali sehari.”
“Untuk berkompetisi seperti saya, kamu harus memilih hobi yang sesuai! Bagi saya kompetisi adalah hobi. Tekken, dan beberapa game multiplayer lain, adalah hobi. Saya tidak meluangkan waktu untuk nonton serial televisi atau film. Bagi saya itu hanya menghabiskan waktu karena hal-hal seperti itu tidak membuat saya berkembang seperti saat berkompetisi atau membaca buku.”
Nantikan bagian kedua obrolan tim Ulti Asia dengan Ghirlanda!