Kompetisi The International 2022 (TI 11) baru saja berakhir pada hari Minggu kemarin. Dan seperti yang telah terjadi pada TI tahun lalu, juara kejutan muncul dan membuyarkan ekspektasi penonton yang menaruh harapan kepada favorit mereka. Tahun ini adalah Tundra Esports yang berhasil menundukkan Team Secret di babak grand final TI 11.
Melalui babak best of five, tak ada yang menyangka bahwa tim asal London tersebut akan menundukkan Team Secret tanpa balas. Meskipun secara pengalaman Team Secret unggul, pemahaman mekanik yang lebih mantap serta pendekatan permainan yang unik dari Tundra berhasil membawa mereka selangkah lebih unggul dari lawannya.
Perjalanan Tundra dan Team Secret dalam kompetisi ini bisa dibilang menarik. Keduanya berasal dari grup sama, grup B, dan saling mengejar poin dengan sengit. Pada akhirnya Tundra berhasil mengungguli Team Secret di peringkat pertama dengan selisih satu poin saja sebagai satu-satunya tim yang mengalahkan Team Secret di babak grup.
Final All European yang mengejutkan
Tak ingin memberikan kesempatan bagi Tundra, Team Secret membuka dengan melakukan draft pick yang cukup agresif. Nisha mengambil Leshrac dan Reso1ution mengambil Enigma dengan harapan untuk menguasai game pertama. Pilihan yang cukup tepat untuk mereka, melihat statistik yang ditorehkannya dalam permainan. Namun skiter dan Nine tak kalah tangguh.
Tensi tinggi terlihat dari awal pertandingan sejak Saksa dan Nisha saling menyerang dan mencatatkan first blood dengan cepat. Kedua tim saling merapatkan poin. Walau demikian, Tundra masih terlihat sedikit unggul dengan Naga Siren mereka.
Adalah 33 yang menggunakan Tidehunter dengan sangat disiplin dalam mengincar core Team Secret. Bermodalkan Pipe of Insight dan Wraith Pact, Tidehunter terbukti sulit dimusnahkan dan menjadi mimpi buruk, terutama bagi Nisha yang mengandalkan Leshrac untuk serangan yang sifatnya area of effect.
Keadaan semakin sulit bagi Team Secret. Jumlah perolehan kill semakin naik untuk tim Tundra. Dengan Naga Siren yang semakin tangguh, mereka tak mampu berbuat apa-apa untuk membendung hero milik pemain Tundra yang bertambah kuat dan akhirnya kalah di menit ke-40.
Game kedua, lagi-lagi, dibuka dengan ketegangan. 33 yang kali ini menggunakan Visage berhasil mendapatkan double kill di awal permainan. Namun Nisha dan kawan-kawan membalas dengan berulang kali mengincar Chaos Knight-nya skiter dan Arc Warden-nya Nine. Namun seperti biasa, Tundra masih bisa tenang di saat situasi menjadi sulit.
Melalui support dari Marci yang dimainkan brilian oleh Saksa, perlahan-lahan Arc Warden menguasai jalannya pertandingan. Meski Bristleback dari Team Secret sempat melawan balik dan membuat kericuhan bagi Tundra dengan permainan BKB-nya, momen tersebut terbukti belum cukup untuk mengambil poin dari Tundra. Arc Warden dan Chaos Knight milik Tundra semakin tangguh seiring bertambahnya waktu permainan. Lagi-lagi Tundra menutup kemenangan di menit ke-40.
Team Secret mulai tersudut. Walau demikian mereka sama sekali tak ingin mengendurkan agresifitas permainan. Crystallis yang melihat peluang langsung mengambil Naga Siren, hero yang menjadi mimpi buruk mereka di game pertama, dan Zayac mengambil Marci, yang menjadi andalan pertahanan Tundra di game kedua.
Sementara itu Tundra mencoba membalas draft pick dengan pilihan yang lebih fleksibel. Mereka memutuskan untuk menggunakan trio Tiny, Medusa, dan Pangolier untuk meredam taktik Team Secret di game ketiga ini.
Keputusan ini berbuah manis bagi Tundra. Di luar dugaan, Team Secret kali ini justru terlihat kesulitan mengimbangi lawannya. Meski sempat memberikan tekanan kepada Tundra, Team Secret tak mampu memanfaatkan kondisi untuk membalikkan keadaan. Tundra bermain dengan pragmatis dan kerap menyingkir dari situasi yang merugikan mereka.
Team Secret mencoba menekan namun tidak berhasil. Mereka sempat membunuh Roshan dan menggunakan Aegis untuk Leshrac. Walau demikian upaya mereka belum cukup untuk menundukkan Tundra. Bermodalkan Eye of Skadi, Medusa milik skiter semakin menggila. Team Secret terpojok di wilayah mereka sendiri dan tak mampu membendung serangan lawan. Tundra sukses menutup kemenangan terakhir di menit ke-44.
Kerja cerdas, bukan kerja keras
Kemenangan Tundra menuai pujian dari para pemain pro dan komentator yang menilai bahwa kegigihan serta status Tundra sebagai underdog di TI tahun ini menjadi nilai lebih yang berpengaruh dalam performa mereka di grand final. Walau demikian, beberapa analis menekankan bahwa pendekatan pragmatis mereka, yang dinilai oleh sebagian penonton memanfaatkan mekanik permainan secara berlebihan, menjadi kunci penting dari kemenangan melawan Secret.
Purge menulis dalam twitternya bahwa Tundra memiliki hero pool yang cukup kuat dan mengandalkan build item yang cukup sederhana namun efektif untuk memastikan hero mereka memiliki durabilitas yang cukup di sepanjang permainan. Ia menyoroti permainan offlaner Tundra yang kerap menggunakan Wraith Pact dan Pipe of Insight.
Ia menekankan bahwa draft pick yang lebih simpel dan tidak ambil pusing dengan meta yang ada menjadi keunggulan Tundra. Ia menambahkan bahwa Team Secret seharusnya bisa saja mempersulit Tundra apabila mereka mau meniru pemilihan item ketimbang berfokus pada pemilihan hero andalan lawan.
Untuk kedua kalinya, sebuah tim yang tidak diunggulkan berhasil mengangkat Aegis yang bergengsi di TI. Sebuah bukti bahwa dalam turnamen ini tak ada yang bisa dipandang sebelah mata. Akan selalu ada keajaiban di tiap pertandingan!